Thursday, December 25, 2014

Bukan Teks Eksplanasi

Asumsi pertama
“Halah lo paling ke gereja pas natal doang kan ya Ras?” Kata seorang temen gue.

Asumsi kedua
“Hari minggu mah Raras ke gereja, gak bisa diganggu gugat dia” Kata temen gue yang kenal gue udah agak lama.  

Dua hal yang begitu kontras ketika seseorang mulai mengenal gue. Antara dia tahu gue sangat religius, atau dia taunya gue kristen KTP. Well, ga masalah orang mau bilang apa. Gue ga pernah menganggap ini sebagai “judge” atau apapun. Beside, gue ga pernah menyangkal apapun tentang beberapa asumsi tersebut. 


Jawaban untuk asumsi pertama, hmm to be fair, gue anak yang selalu ke gereja setiap minggu, hampir ga pernah lewat. Kalaupun gue harus tidak gereja berarti itu terpaksa, and I even felt bad about it. Temen temen gue yang udah kenal agak lama, udah tau kalo gue ga akan mau diajakin pergi hari minggu, alesannya ya cuma satu. Gereja.

Gue jarang banget berbicara tentang agama. Jarang buka topik duluan. Buat gue itu hal yang super sensitif. Tapi kalau diajakin dan di tanyakan pendapat, baru deh gue sautin. Jarang ngomongin agama, ga pernah terlihat di kelompok keagamaan kampus, atau ga pernah berdoa sebelom makan ga berarti gue ga punya agama, atau gak care dengan agama gue. Belive it or not, gue sangat enjoy menjadi Kristen. Seperti lagu yang ada, mengikut Yesus adalah keputusan gue sendiri, bukan keputusan orang tua gue lagi. Gue juga ga berani bilang gue religius, karena sesungguhnya gue ga tau takaran religius dalam agama tuh kayak gimana. Mungkin pemahaman setiap orang berbeda – beda. Tapi gue bisa bilang gue tau banyak tentang agama gue sendiri.

Setelah gue agak gedean dikit, gue memutuskan untuk menekuni agama secara serius. Dulu gue cuman numpang duduk aja di gereja, nyanyi nyanyi di awal, pas khotbah kemungkinan besar main handphone atau terburuknya gue tidur. Beberapa tahun terakhir gue mencoba mendengar khotbah dan firman Tuhan. Gue percaya firman Tuhan itu kabar baik. Masa iya, gue gamau mendengar kabar baik?

Kembali ke tentang diskusi agama. Gue ga suka kalo orang orang di dunia berantem masalah agama. Ketika berdiskusi dengan orang lain pun gue mencoba menempatkan diri gue. Gue beneran ga suka konflik karena agama. Biasanya gue memilih diam kalau akhirnya muncul argumen panjang. Cupu sih, tapi gue ga suka meneruskannya. Agama buat gue sangat personal. Buat gue agama itu ya antara gue sama Tuhan aja. Orang lain ga perlu ikut ikutan. Itu sih pendapat gue seorang. Lagian, gue juga tumbuh di keluarga besar yang agamanya bervariasi. Jadi dari kecil udah diajarin banget caranya menerima perbedaan. Gausah diajarin juga, gue percaya itu bisa terjadi secara natural.

Lalu muncul lagi asumsi, asumsi yang muncul setelah ngobrol tentang agama sama gue.
“Lo anaknya serius banget kalo masalah agama” Kata teman gue yang lainnya. 
.
Ini bisa gue jawab dengan seksama. Alasan kenapa gue serius mempelajari agama gue, dan akhirnya memutuskan mendengarkan firman instead mainan handphone adalah karena Tuhan juga serius dalam membuat dan membentuk hidup gue sedemikian rupa. Gue merasa Tuhan hidup dan tinggal di dalam gue, dan membuat segalanya lebih muda dalam semua apa yang gue kerjakan. Keseriusan Tuhan di mengatur hidup gue ga pernah gue temuin di dalam orang lain. Jadi rasanya gue harus memberikan timbal balik, ya walaupun ga setimpal. Gue percaya Tuhan Yesus seserius itu sama gue sampe dia rela mati di kayu salib buat gue dan semua manusia yang ada di bumi.

Yoh 15:13 "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya"

Jadi walaupun pengorbanan Dia ga akan pernah bisa gue samakan, gue cuma bisa memberikan keseriusan sebatas ini. Gue percaya Tuhan Yesus adalah juru selamat gue, dan dia adalah Imanuel, Tuhan yang menyertai gue di setiap apapun yang gue hadapi.

2 Tawarikh 20:17 "Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggallah berdiri di tempatmu, dan lihatlah bagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepadamu. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, TUHAN akan menyertai kamu."

Well, sekali lagi mengikut Yesus itu keputusan gue, itu berarti gue sudah siap dengan apapun yang agama gue tawarkan. Ya selama ini sih tawaran nya sangat menarik perhatian gue. Yaitu keselamatan. Jadi gue rasa gue ga perlu khawatir apa yang orang pikirkan tentang gue. Yang penting buat gue adalah Yesus tinggal dan diam di hati gue, gue hanya cukup percaya itu saja.

Ini bukan teks eksplanasi, ini cuman segurat pemikiran yang udah sepanjang tahun gue pikirin. Tidak terasa, Natal tahun ini banyak mendewasakan hati dan pikiran gue. At least, gue merasanya begitu. Merry Christmas yha!

No comments:

Post a Comment